Ya Allah, lindungilah Aldian

ด่วนต้นสายชัวร์พร้อมข้อเสนอสุดพิเศษ แจกเวปไซด์และต่อสายงานให้ ด่วนมาก
GFB บริษัทเปิดใหม่โดยคนไทย เพื่อคนไทย
ลงทุนต่ำเริ่มต้นที่รหัสละ 1600 บาทจับคู่จ่าย คู่ละ 500บาท ไม่ต้องรักษายอดรายเดือน
จับคู่จ่าย ไม่จำกัดชั้นลึกคิดคะแนนให้ทุกชั้น จ่ายมากที่สุดในระบบทั่วโลก
ลงทุนครั้งเดียวรับรายได้ตลอดไป สุดคุ้ม
สินค้าหลากหลายในราคาที่สุดคุ้ม สินค้ามี อย.แผนรายได้ผ่าน สคบ.
เราคือทีมงานออนไลน์ทีมแรกของบริษัท เราจึงกล้าการันตี
*ต่อสายงานให้ 1 สายงาน เอาไปเลย
*เวปไซด์ภาษาไทย แจกทั้งคุณและสายงานของคุณทุกคน
*โปรแกรมทำการตลาดออนไลน์ พร้อมระบบสอนการใช้งาน
*ซอฟแวร์ระบบติดตั้งและแก้ไขพร้อมทั้งการตั้งค่าโปรแกรมที่คอมพิวเตอร์ของคุณแม้ไม่เก่งคอมก็ทำได้
*ทีมงานที่จะคอยประสานงานทุกเรื่องพร้อมทั้งวางแผนการลงผังงานให้ท่าน
*ระบบ หาลูกค้าให้(กรณีที่ท่านชอบขาย)เรารับประกันว่าจะมีลูกค้าโทรหาท่านเอง

DAMAI DIA DALAM SETIAP GIGITAN PARAGEDE

Udah tahu kalau Tom Cruise merupakan satu dari sekian artis Hollywood yang hidupnya diselamatkan Paragede? Belum kan? Mari saya kasih tahu.

Pada Juli 2012 Tom Cruise mengalami keguncangan besar untuk ketiga kalinya dalam kehidupan pernikahannya. Setelah tahun 1990 digugat cerai oleh Mimi Rogers, menikah kembali dan digugat cerai lagi oleh istri Nicole Kidman pada tahun 2002, maka pada Juli 2012 itu Tom digugat oleh Katie Holmes, istri yg paling disayangnya, konon.

Perceraian terakhir ini dikabarkan sangat membuat Tom terpukul dibanding perceraian sebelumnya, sampai-sampai Tom harus berlibur jauh ke Asia menenangkan diri.

Terkuak kabar jika Continue reading “DAMAI DIA DALAM SETIAP GIGITAN PARAGEDE”

MenDus-Tai

Tadi itu masih pagi, pukul sembilan. Istri saya sudah nyuruh saya lagi. Dia memang gitu. Suka nyuruh-nyuruh dan anehnya saya senang, karena dengan begitu, berasa betul jadi suami yang manfaat dan bisa diandalkan. Kepake banget!

Kepake untuk banyak keperluan. Ya termasuk disuruh-suruh. Disuruh nyari uang. Disuruh nganter ke super market (maksudnya jadi sopir)

“Umi, kalau Abi jadi sopir Umi terus, nanti Abi gak merhatiin Umi, lho?”

“Kenapa gitu?”

“Kan, kalau sopir mah harus merhatiin jalan.”

“Gak apa-apa, deh.”

Oh, dia juga suka nyuruh saya pulang untuk jangan malem-malem, tapi itu dulu, sekarang sudah enggak karena sudah bisa nyuruh si Diya, anak kami untuk menyuruh saya pulang.

Selagi nulis ini, saya kepikir mau nyampein unek-unek. Khususnya ke POLMAN ITB, kampus saya dulu. Kau memang memberi saya ilmu dan banyak hal lain yang tak bisa dikatakan. Tapi maaf, kalau saya malah berterima kasih ke UNAND, karena sudah memberi saya istri. POLMAN ITB ngasih gak?! Perguruan tinggi lain juga enggak. Pelit. Cuma UNAND.

Kadang-kadang, apa sih yang harus saya banggakan dengan menjadi alumni POLMAN ITB, kalau nyatanya masih juga dipalak oleh anak balita, yaitu si Diya dan si Haikal. Sia-sia rasanya.

Dan rumah, kau tahu, terus terang aja, ya, lebih dikuasai UNAND. Kau tahu siapa yang menentukan interior rumah saya? UNAND! Memang tidak langsung oleh UNAND, melainkan diwakili istri saya, tapi saya merasa hal itu sama saja.

Ah, sudahlah. Pokoknya, Hidup UNAND!

Kembali ke pokok yang mau saya ceritakan Continue reading “MenDus-Tai”

Nurul Yaqin Rolling Stones (II)

 

Itulah mesjid, selain menjadi tempat shalat, adalah juga tempat anak-anak bisa merasa senang dan ramai untuk berkumpul bersama teman-teman. Bahagia rasanya bisa pergi ke sana setiap menjelang akan magrib.

 

Lebih lagi kalau sudah ramadhan, mesjid jadi lebih rame lagi.  Dulu, selama bulan ramadhan kegiatan sekolah diliburkan. Biasanya kami dikasih ijin oleh orangtua untuk tidur di mesjid. Untuk tidur bersama teman-teman.

 

Menjelang sahur, nanti bangun, untuk rame-rame keliling kampung. Membangunkan manusia, dan juga binatang karena berisik oleh ember atau kaleng yang kami pukulin. Kami lakukan sambil menyanyi dengan suara yang keras. Lagunya bebas, setiap hari selalu berganti syair:

“Bang Ajid, baaaangun, Bang Ajiiiiid!!!”. Itu kalau kami sedang tepat berada di depan rumah Bang Ajid.

“Bang Muston jangan!”.

“Ha ha ha”

“Pak Eri banguunn, Pak Eriiiiii! Katanya mau tidur!”

“Ha ha ha”

 

Pokoknya tidur di mesjid itu asik. Sebelum tidur bisa ngobrol-ngobrol dulu, atau pernah menggotong si Dedi yang sudah tidur duluan, untuk dipindah ke tempat lain.

Sayang sekali pas lagi diangkat, si Dedinya keburu bangun. Harusnya jangan, biar ketika bangun, dia kaget, karena berada di dalam keranda mayat.

 

Berharap dengan itu, si Dedi nanti akan cerita bahwa dia pernah dipindahkan tidurnya oleh  jin, dan juga menyesal karena berani tidur di mesjid tidak baca-baca dulu, tidak mengingat Allah dulu, melainkan malah mengingat si Dila anak Bu Kandar.

 

Tiap habis shalat taraweh, sekitar jam delapanan, biasanya anak-anak akan masih main di luar. Main apa saja, bebas. Main petak umpet, main remi, atau apa saja. Itu bisa, karena selama bulan ramadhan, sekolah diliburkan. Dan  jaman dulu mobil belum banyak. Jalanan juga masih lengang. Masih sunyi.

 

Malam itu saya ikutan bermain petak umpet dan kebagian jadi “kucing”. Saya jongkok, sambil menutup muka saya dengan kedua belah tangan, membiarkan mereka lari nyari tempat sembunyi. Setelah itu, saya pulang.

 

Seandainya harus dicari, padahal saya tahu, mereka biasanya akan sembunyi di balik pohon, di samping rumah, di balik drum minyak tanah milik toko Bunbun, dan di tempat lainnya yang dianggap baik untuk sembunyi. Iya. Tapi sayanya ngantuk. Jadi pulang aja.

 

Enggak langsung tidur sih, baca buku dulu. Mereka pasti bingung, kenapa tidak juga dicari. Mau keluar, takut nanti ada “kucing”. Mau terus sembunyi, tapi lama sekali. Iya lama sekali. Entah sampai kapan akhirnya mereka sadar si “kucing” desersi. Saya gak tahu karena sayanya sudah tidur.

Continue reading “Nurul Yaqin Rolling Stones (II)”

Nurul Yaqin Rolling Stones

Waktu itu saya masih SMP. Seperti biasa, menjelang magrib, pergi ke mesjid, berkumpul di tengah mesjid, agak deket dengan mimbar, mengerumuni microfon untuk mengumandangkan puja-puji kepada Allah. Ada si Aldian, ada si Afud, ada si Wildan dan lain-lain sebagainya.

“Allah pasti bilang: Berisik!”

“Kenapa?”

“Kan Allah Maha Mendengar, ditambah pake speaker”

“Iya sih”

Tapi dengan speaker, rasanya seperti keren. Suara kami tidak cuma didenger oleh Allah, tapi juga oleh semua mahluk yang ada di dunia! Termasuk oleh Ibu. Termasuk oleh Ayah. Termasuk oleh orang yang sedang sakit gigi.

“Ibu denger aku enggak? Tadi, di speaker mesjid?”

“Denger. Iya, harus begitu”

“He he he. Bukan!”

“Denger apa?”

“Tadi aku teriak: “Tek Roih minta uang!”. Denger enggak?”

“Kamu ini!”

Tek Roih itu tetangga rumah saya. Nanti deh saya cerita tentang Tek Roih. Sekarang saya mau cerita tentang mas Oki dulu mumpung masih senggang.

Jaman itu, mas Oki masih muda, tapi usianya jauh lebih tua dari kami. Sudah tamat SMA tapi tidak kuliah dan rambutnya ikal. Suka ada di mesjid kalau sedang tidak ikut bapaknya jualan beras di pasar.

 

Di mesjid, dia suka mukul bedug sebelum adzan. Juga suka ngejemur karpet mesjid setiap hari kamis. Dia itu apa ya? Dia itu manusia dan anggota DKM, Dewan Kebersihan Mesjid, tapi dulu istilahnya bukan DKM, entah apa.

 

Pokoknya saya suka menyebut si mas Oki itu dengan sebutan Ikan mas Oki. Keren kan? Kedenger jadi seperti Ikan Mas Koki. Saya ngomongnya cuma ke teman, mas Oki jangan sampai tahu, nanti dia marah.

 

Suatu hari Continue reading “Nurul Yaqin Rolling Stones”

Manggaleh Ubek

 

 

Barakik-rakik ka hulu baranang ranang ka tapian basakik sakik dahulu barsanang sanang kamudian..

 

Cukup! cukup!

ya!

Pelan-pelan saja ya, biar lambat asal selamat, tidak lari gunung dikejar, alon-alon asal kelakon.

Ya!

Anak-anak duduk!

Duduk!

Bagus!

Sebagai putra bangsa yang punya adat sopan santun, harus pandai menghargai orang tua

duduk yang tenang, ya begitu!

 

Bismillahirahmanirahim

Bapak-bapak saudara-saudara adek-adek sekalian, tadi kami telah hibur anda dengan permainan musik campuran. Kenapa kami bawakan kesenian campuran? Kenapa dia punya syair sumatera dia punya irama jawa?

Itu menunjukkan kesatuan nasional. Kita bernaung dibawah garuda pancasila lambang negara republik indonesia.

Ya!

Sebentar lagi kami akan hibur saudara dengan irama sulawesi dalam bahasa kalimantan, lagu ambon dalam kata-kata irian, lagu daerah lampung berbahasa bali.

Sabar pak!

Kami telah kunjungi seluruh pelosok Nusantara, sejak dari sorong timur Irian Jaya sampai banda Aceh diujung barat di Sumatera sana. Tidak lain kedatangan kami adalah untuk memperkenalkan kebudayaan leluhur nenek moyang kita

Budaya yang mana itu bung?

Yaitu permainan debus!

Continue reading “Manggaleh Ubek”

Sedih? Jangan!

Sebelum lanjut baca, lebih syahdu sambil dengerin “Tears Of An Angel” nya Marty Friedman. Karena berikut ini merupakan pengantar ke”galau“an yang lagi menyelimuti hati.

Monggo..

 

Dan dari semua permulaan itu, sudah ada akhir yang siap menunggu diujungnya. Bisa lama, bisa juga cepat. Bila merujuk pada Einstein, lama-cepat ini akan sangat bervariasi. “Relatif!”, begitu katanya. Bisa lama buatku, tapi cepat buatmu. Atau juga sebaliknya. Cepat buatku, tapi lama buatmu.

Ini perjalanan. Buatku, buatmu, buat kita semua. Mari kita nikmati saja, tanpa harus dengan keluh-kesah di dalamnya. Mari belajar menjadi menyenangkan, kawan.

Lalu aku harus apa kalau sedih? Continue reading “Sedih? Jangan!”

Winata, Adikku.

Winata, Adikku.

Ini Kakakmu, sedang sendiri di Purwakarta. Sedang tiba-tiba inget kamu. Inget puisi yang kamu bikin beberapa tahun silam. Puisi yang kamu bikin untuk tugas PR sekolahmu. Kamu bikin sendiri dan kemudian kamu kasih Kakak lihat.

Kakak ketawa membaca puisimu itu, Kakakmu yang lain juga sama ketawa ya. Lalu Kakak bilang ke kamu dan juga kepada Kakakmu yang lain: “Ini Puisi”. Puisi yang bagus, pasti dapat nilai bagus. Lalu kamu senang atau Kakak lihat kamu seperti senang.

Wahai Winata, seandainya kamu bisa membaca perasaan orang, pada saat itu Kakak sangat sedang terpesona oleh puisimu. Bukan karena Kakak sebagai Kakakmu, bahkan jika yang bikin puisinya adik musuh Kakak, Kakak juga akan dirundung perasaan yang sama.

Lalu kamu simpan buku yang ada puisimu itu, ke dalam tas sekolahmu. Kamu tidur lekas-lekas. Tidur dengan seolah-olah berharap pagi bisa lekas akan datang, karena ingin segera pergi sekolah, untuk segera kamu perlihatkan puisimu itu kepada gurumu. Guru Bahasa Indonesiamu. Ini Kakak tulis lagi puisimu di sini:

AYAMKU.

Aku punya ayam lima.

Yang satu betina

Yang satu lagi jantan

Yang satu lagi digoreng

Yang satu lagi ulang tahun

Yang satu lagi sedang flu.

Sekarang Kakak di sini, di tempat Kakak harus menunggu kawan Kakak yang janji jumpa. Kakak sedang ketawa tetapi juga sekaligus sedih. Ketawa, karena Kakak terkenang kembali akan kalimat puisimu. Sedih, karena Kakak tahu ternyata puisi kamu dapat nilai lima setengah. Continue reading “Winata, Adikku.”

Hallo Aldian

Hallo Aldian. Apa khabar?

Kamu masih ingat enggak sih? Dulu waktu kita masih kecil, waktu masih SMP, sore-sore di belakang rumah saya, kamu, saya, sama si Afud, pernah ngolesin Rhemason ke pantat kucing? Ha ha ha iya pake Rhemason neneknya si Afud ya? Kucingnya dikurungin dulu pake kurungan ayam, nunggu sepi. Pas udah gak ada orang baru kita olesin.

Eh, pas udah diolesin, kalau gak salah kucingnya enggak langsung lari ya? Iya bener, diem dulu sebentar, kan belum kerasa panasnya, pas udah kerasa langsung deh lari pontang-panting ha ha ha iya, kitanya juga langsung kabur, ke rumah masing-masing. Takut dimarah. Itu kucing siapa sih? Kucing Tek Tina ya? Ha ha ha iyaaa, kucing angora. Kasian ih, kan dia orang kaya. Rumahnya paling bagus di Batu Taba.

Terus, inget gak, waktu si Afud bawa obat gosok? Itu, Al, obat gosok tradisional yang dibawa bapaknya si Afud, dari Timor Timur? Iya ih panas banget. Kalo sekarang mah mungkin kayak Galiga kali ya? Tapi kayaknya itu mah lebih panas lagi deh, panas banget, kulit kayak kebakar.

Terus saya tantang si Afud sama si Nanda. Ditantang adu berani molesin obat gosoknya ke pantat masing-masing. Ha ha ha iyaaa pada mau, dasar anak kampung ha ha ha iya, Al juga ikut kaan?

Molesinnya harus bareng. Biar adil. Pas pertama diolesin ke pantat sih kitanya masih Continue reading “Hallo Aldian”

Butterfly Effect

butterflyeffect

“Kepak sayap kupu-kupu di sebuah tempat dapat mengakibatkan badai ditempat lain yang berjauhan” (Butterfly Effect)

Sepertinya sangat tidak logis ya. Sebuah kepak kupu-kupu saja kok dapat menyebabkan badai? Apa hebatnya coba kepakan kupu-kupu yang menurut saya sangat pelan itu, kok bisa menyebabkan badai.

Hehe. Tapi maaf, hari ini saya bukan mau bicara soal kepak kupu-kupu. Bagi yang berkenan dan pengen tahu lebih banyak tentang apa itu  Butterfly Effect dan kepak kupu-kupu tadi, mungkin bisa di browsing sendiri. Orang saya tahunya juga hasil dari browsing kok. Hehe.

Selain dari browsing, saya tahu tentang Butterfly Effect itu setelah saya nonton sebuah film yang dibintangi Ashton Kutcher dengan judul yang sama. Awalnya kepala saya pusing nonton film ini. Ini film tentang apa to? Dengan alur yang maju mundur, saya dipaksa mikir saat nonton film ini. Padahal saya kan jarang sekali mikir. Apalagi buat nonton film, nyari hiburan kok masih harus mikir.

 

Sumber Gambar: http://teecraze.com/butterfly-effect-t-shirt/